Pemilu 9 April dipastikan dilaksanakan secara
serentak di seluruh Indonesia. Pemilu ini untuk memilih Anggota DPR-RI, DPRD dan
DPD-RI. Sebagaimana perhelatan politik
sebelumnya, menjelang pemilu, praktik-praktik menghalalkan segala cara
digunakan berbagai pihak untuk mendulang suara. Politik uang atau sering pula disebut money
politic merupakan salah satu praktik kotor yang mengebiri kedaulatan rakyat
sesungguhnya.
Diwarnai masih tingginya angka kemiskinan yang menurut catatan BPS, sekitar 28,55 juta
rakyat berada di bawah garis kemiskinan, dengan kondisi ekonomi yang terbatas
maka pola pikir masyarakat pun makin pragmatis.
Pengamat Politik, Dr Ferry Liando mengakui lebih dari 50 persen masyarakat Sulut lebih
tertarik yang namanya hadiah daripada bujukan visi dan misi dari
calon-calon yang maju pada Pemilu. “Kalau tak ada hadiah, warga tidak memilih,”
terangnya. Namun, Ferry mengakui, hal itu disebabkan juga banyaknya janji-janji
yang sudah diucapkan para kandidat dewan yang tidak pernah dibuktikan ketika
dirinya terpilih atau menjabat.
Sementara itu, Maya Rumantir, Calon Anggota DPD Sulut
No.24 mengatakan, money politic tidak dapat
dibenarkan agama, hukum, dan etika.
“Kita berjuang untuk mendapatkan pemimpin yang berkualitas,
berintegritas, baik, jujur, dan melayani,” terangnya. Karena itu, lanjutnya, untuk menghasilkan buah-buah baik, tidak bisa dilakukan
dengan cara-cara yang tidak baik. “Sulit
memahami mencapai hasil yang baik dengan praktik-praktik yang justru menciderai
demokrasi itu sendiri,” terangnya.
Money politic, kata Maya, ibarat racun demokrasi, yang ujung-ujungnya
mendatangkan mala petaka bagi masyarakat. “Dalam tiga hari masa tenang, politik
uang pasti marak, bentuknya macam-macam. Tapi, saya tetap percaya, masyarakat
memiliki tingkat kecerdasan dan rasionalitas yang tinggi. Dalam situasi kritis,
tentu hatinurani yang bertindak, saya tak pernah meragukan nurani masyarakat
Sulut, silahkan rakyat tentukan masa depannya untuk lima tahun ke depan,” pungkasnya. (Fajar Gloria Sinuraya/fer)
Posting Komentar