Tawuran atau perkelahian melibatkan dua gerombolan yang semula
hanya fenomena kota-kota besar, belakangan ini mulai mewabah di bumi nyiur
melambai, Sulawesi Utara. Penyebabnya, terkadang persoalan remeh temeh dan
sepele. Tapi akibatnya, mengakibatkan luka fisik bahkan jiwa melayang.
Sebagaimana terjadi baru-baru ini, dimana diberitakan tiga warga kritis akibat tawuran antar warga
yang terjadi 12 mei 2014, lalu. Tawuran terjadi
di Kelurahan Mahakeret Timur Kecamatan Wenang, kompleks belakang Kantor
Telkom Manado, sekitar pukul 21.15 WITA. Dua kelompok saling serang menggunakan
senjata tajam (sajam) dan panah wayer (Sumber Manado Post, 13 Mei 2014).
“Kejadian ini tak lagi sesuai dengan kebiasaan
masyarakat Minahasa khususnya dan Sulawesi Utara umumnya yang dikenal semangat mapalus dan gotong royong di saat susah maupun senang.
Ini sudah keterlaluan, kami imbau aparat tak melakukan pembiaran terhadap
kejadian ini,” kata Anggota DPD Sulut terpilih 2014-2019 Maya Rumantir.
Apalagi, lanjut Maya, peristiwa yang menyerupai perang
antargerombolan itu terjadi berulang-ulang. Bahkan, mulai menyebar ke beberapa
daerah lain, sampai di masyarakat yang terdidik di kampus. Sebagaimana
diketahui, sebelumnya juga terjadi tawuran antarkampung di Kelurahan Sindulang
Kecamatan Tuminting, Kota Manado, Sulawesi Utara. Warga di dua kampung yang
bertetangga yakni Lingkungan III dan
Lingkungan I saling serang, membuat dua warga tewas terkena panah wayer. Dan
yang hangat di bulan maret 2014 pecah tawuran antar Mahasiswa di Unsrat terkait
Pemilihan Rektor, berujung kepada pembakaran kampus Teknik.
Menurut Maya, rangkaian kejadian itu tidak bisa
dibiarkan berlarut-larut. Apalagi, terjadi di masyarakat Sulut yang terkenal
relijius dan penuh toleransi. “Kejadian ini
membuat kita tidak nyaman dan resah. Tawuran ini harus di selesaikan,
aparat kepolisian harus tegas menindak pelakunya, apalagi dalam kejadian itu
mereka mengunakan panah wayer, ini bahaya karena ada hasrat mencederai nyawa
orang lain. Ini bukan lagi masalah sosial, tetapi kriminal murni dan dapat di
ganjar secara hukum,” tandasnya.
Disisi lain, Maya menilai perlunya masyarakat
melakukan instropeksi menumbuhkan sikap
nilai-nilai agama dan menyebarkan cinta
kasih yang dimulai dari keluarga dan lingkungan sosialnya. “Ingat kita semua
bersaudara. Orang tua perlu dilibatkan mengajarkan kedamaian, dan menjauhi
kekerasan kepada anak-anak sejak usia dini,” imbaunya.
Dia juga menambahkan, perlunya mendorong kesadaran
membangun gerakan positif di masyarakat terutama pembinaan kalangan remaja atau pemuda dengan memberi
kegiatan bermanfaat seperti olah raga dan kegiatan positip lainnya,
sehingga enerji pemuda bisa tersalurkan
hal-hal positif. Dilain pihak, Pemda perlu memperhatikan permasalahan
dan kesenjangan sosial dengan memperbaiki lingkungan, sehingga tercipta
kerukunan sosial diantara warganya. (Fajar
Gloria Sinuraya/fer)
Posting Komentar