Pepatah bijak mengatakan, buah
jatuh tak jauh dari pohon. Tak salah, orang mengungkapkan itu.
Karena besar harapan orang tua, jika anaknya kelak menjadi seorang yang diharapkan sukses sesuai keinginan Ayah Ibunya.
Demikianlah putri dari Maya Rumantir
Hutasoit, anggota DPD terpilih dari Sulut (2014-2019), Kiara Hutasoit yang
selalu mendampingi sang mama di sela-sela
kunjungan Maya Rumantir di Amerika Serikat yang juga ditemani sang Suami Takala Hutasoit.
Ketika melewatkan waktu santai di sebuah Restaurant di New York, rupanya Kiara yang memendam bakat menjadi seorang reporter ini, melakukan reportase mewawancarai sang Ayah, seputar kejadian yang melibatkan sang Ayah pada Insiden Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 (SSJ-100) di Gunung Salak pada 9 Mei 2012. Peristiwa itu memakan korban 45 orang meninggal, ketika pesawat akhirnya menambrak gunung Salak. Takala saat itu diundang khusus ikut dalam penerbangan test pesawat yang terdiri dari awak pesawat baik pilot dan co pilot, teknisi pesawat dari Rusia, 1 orang dari Amerika, 1 orang dari Australia, dan 1 orang Italia dan sisanya warga negara Indonesia, dan para jurnalis yang meliput.
Ketika melewatkan waktu santai di sebuah Restaurant di New York, rupanya Kiara yang memendam bakat menjadi seorang reporter ini, melakukan reportase mewawancarai sang Ayah, seputar kejadian yang melibatkan sang Ayah pada Insiden Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 (SSJ-100) di Gunung Salak pada 9 Mei 2012. Peristiwa itu memakan korban 45 orang meninggal, ketika pesawat akhirnya menambrak gunung Salak. Takala saat itu diundang khusus ikut dalam penerbangan test pesawat yang terdiri dari awak pesawat baik pilot dan co pilot, teknisi pesawat dari Rusia, 1 orang dari Amerika, 1 orang dari Australia, dan 1 orang Italia dan sisanya warga negara Indonesia, dan para jurnalis yang meliput.
Pertanyaan meluncur deras, bak reporter professional dari
Kiara. Sang Ayah pun hanya tersenyum-senyum menjawab pertanyaan reporter cilik yang diapit
ibunya Maya Rumantir. “Mengapa papa, menjadi salah satu penumpang pesawat? Mengapa begini..? Bagaimana cara nya
sampai papa tidak ikut dalam penerbangan pesawat tersebut? Apa papa,
menghubungi mama waktu kejadian? Dan bagaimana kejadian sebenarnya? Woww,
pertanyaannya sangat elegan, menurut sang bapak. “ Waktu itu memang Papa diundang khusus
VVIP, dan papa datang jam
14.00 WIB. Begitu naik pesawatnya, papa tidak tahu,
disuruh keluar aja oleh Tuhan dari pesawat. Sehingga papa tidak ikut
penerbangan maut itu,” kata Takala menjelaskan. Sebagai orang tua Takala menyatakan
bangga dengan bakat Kiara. “Dia bukan hanya
cantik, tetapi pintar dan aktif. Persis banget mamanya, semoga anakku
ini lekas besar, dan menjadi anak kebanggaan orang tua,” harapnya.
Maya Rumantir, menerangkan, “Kiara merupakan anugrah Tuhan bagi kami, sejauh ini pengembangan dirinya sangat positif, sebagai anak dia tumbuh dan belajar normal. Walaupun nanti dia besar, kami tidak akan menghalangi mengapai impian yang dia inginkan. Yang kami tanamkan baginya adalah kasih sayang orang tua dan kasih Tuhan. Sehingga kelak, dapat membentuk karakter jiwanya yang rendah hati, menghargai sesama, dan saya juga mengharapkan pada seluruh orang tua, untuk tidak menghalangi masa pertumbuhan anak, apa yang dia inginkan itu adalah gejolak masa kanak-kanak, biarkan dia bermain dan belajar. Terpenting bagi orang tua, harus dapat memantau perkembangan anak, mengajarkan tentang Agama, budi pekerti dan menghindari anak untuk terkena pengaruh-pengaruh negatif dari luar diri nya, seperti bahaya pornografi pada anak-anak, dan bahaya rokok bagi anak,” katanya.
Itulah Kiara Hutasoit, pewarta cilik, ada yang mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, memang ada benarnya. Teladan yang diberikan orang tua, itulah yang di contoh anak dalam menjalankan pergaulan sosialnya. (Fajar Gloria Sinuraya/fer)
Posting Komentar