Keterlibatan Masyarakat, Kunci Pembangunan Pariwisata Sulut


Sebagai bangsa,  Indonesia sangat kaya dengan potensi alam  dan budayanya, selain itu keramahan masyarakat yang terbentang dari Sabang sampai Merauke menjadi aset bagi tumbuh kembangnya pariwisata nasional. Gambaran itu menunjukkan, negara  ini dapat menjadi salah satu destinasi terbaik di Asia bahkan di dunia bagi turis lokal maupun manca negara untuk menghabiskan masa liburannya.  Sebagai salah satu daerah tujuan wisata  di Indonesia Timur, Provinsi Sulawesi Utara memiliki keragaman pesona wisata yang merupakan sumber potensial ekonomi. Diantaranya keindahan alam Taman Nasional Laut Bunaken, Taman Nasional Bogani Nani WartaBone, Cagar Budaya Waruga di Minahasa, Gunung Klabat, atau Obyek Wisata Religius Kaki Dian.  Semua itu menjadi tugas  Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara untuk terus mengembangkannya.  Apa itu dalam bentuk, pesta budaya, perlombaan wisata bahari seperti di Taman Nasional Laut Bunaken, atau wisata budaya, yaitu cagar budaya Waruga atau kuburan batu moyang Minahasa.

Adapun jumlah wisatawan asing yang melancong ke Sulut pada April 2014, menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Faizal Anwarwisman melalui pintu masuk Bandara Sam Ratulangi total berjumlah 1.079 orang. Jumlah ini menurun 684 orang dibanding bulan yang sama tahun 2013 atau turun 38,80  persen dari 1.763 wisatawan. Jika dibandingkan  bulan Maret 2014 juga mengalami penurunan sebanyak 261 orang atau sebesar 19,48 persen dari 1.340 wisatawan menjadi 1.079 wisatawan.

Warga China mendominasi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke daerah Sulut. Pada April 2014 tercatat sebanyak 237 warga China yang datang berkunjung di Sulut. Selain warga China, wisatawan asal Jerman cukup banyak melancong ke Sulut berjumlah  98 orang dan warga Singapura  berjumlah 80 wisatawan. Negara lain yang masuk 10 besar berkunjung ke Sulut yakni warga Amerika Serikat sebanyak 79 wisatawan, Jepang 60 orang wisatawan, Korea Selatan 51 wisatawan, Belanda 38 wisatawan, Hongkong 35 wisatawan, Inggris 28 wisatawan dan Australia 26 wisatawan.Sementara negara lain jumlahnya relatif sedikit berasal dari Asia, Eropa, Amerika dan Afrika. 
Anggota DPD Sulut (2014-2019) Maya Rumantir menilai, pariwisata menjadi salah satu sektor penting meningkatkan PAD (Pendatapan Asli Daerah) bumi nyiur melambai. Namun, tentunya seluruh stakeholder mulai Pemda, Dinas Pariwisata dan Buday  serta penggiat  pariwisata dituntut bahu membahu mengembangkan objek wisata menjadi menarik, dengan menjaga kebersihan lokasi wisata dan keamanan wisatawan selama berkunjung. “Intinya masyarakat setempat mesti memiliki pemahaman tentang industri pariwisata. Jangan sekali-kali merusak nama daerah nyiur melambai,  apalagi terjadi gangguan-gangguan selama wisatawan berkunjung. Karena, sebenarnya wisatawan yang puas atas satu kunjungan di daerah tertentu menjadi wahana promosi bagi Sulut menampung gelombang kunjungan turis yang lebih besar lagi,” terangnya.

Sesuai dengan perkembangan waktu, dana yang dibelanjakan oleh para wisatawan yang berkunjung ke daerah Sulut terus meningkat.  Data BPS April 2014 mengungkapkan, rata-rata lama menginap tamu asing  3,79 hari. Dilain pihak, karena menjadi daerah yang aman, sejuk dan dikenal toleran, kunjungan wisatawan domestik pun terus melonjak. Terkait dengan arus kunjungan wisatawan domestik, Maya pun mengusulkan perlunya dibentuk suatu  desa-desa wisata sebagaimana yang ada di  pulau dewata, Bali ataupun  Yogjakarta. “Desa-desa wisata ini, nantinya bisa dilengkapi dengan berbagai kerajinan masyarakat ataupun berbagai peragaan budaya yang rutin diselenggarakan setiap hari dengan jadwal-jadwal tertentu sehingga menambah daya pesona bagi kunjungan turis,” terangnya.

Maya meyakini, di waktu mendatang sektor pariwisata Sulut akan lebih berkembang dan menjadi andalan bagi upaya peningkatan perekonomian darah tersebut. Apalagi, ditambah dengan modal alam, dan sikap-sikap yang diwarisi masyarakat Sulut yang relijius, toleran, ramah dan terbuka, serta daerah yang aman akan menjadikan bumi nyiur melambai sebagai destinasi wisata bagi turis mancanegara maupun domestik. (Fajar Gloria Sinuraya/fer)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama