Kedatangan
Presiden Rwanda Paul Kagame ke Dewan Pimpinan Daerah (DPD) RI, Jumat (31/10) silam
disambut hangat Ketua DPD RI Irman Gusman dan sejumlah senator. Ini untuk pertama kalinya Presiden
dari benua afrika tersebut mengunjungi Indonesia. Ditengah hingar bingar terbelahnya
para anggota
DPR, pertemuan jajaran anggota DPD dan tamu negara itu
berlangsung hangat dan penuh keakraban. Pertemuan
tertutup itu dihadiri pula sejumlah
anggota BKSP (Badan Kerja Sama Antar Parlemen), diantaranya Wakil Ketua BKSP
Senator Maya Rumantir.
Dalam penjelasan kepada pers usai
mengadakan pertemuan tertutup, Kagame mengapresiasi demokrasi di Indonesia.
Menurutnya, demokrasi adalah fondasi yang bagus yang diterapkan di banyak negara di dunia. "We respectful and appreciate
process of democracy in Indonesia," kata Kagame.
Kagame juga mengatakan sangat senang bisa berkunjung ke Indonesia. Dalam kunjungannya yang singkat ini pihaknya ingin memperkuat kerjasama di bidang perdagangan dan investasi, serta pertukaran budaya dan pendidikan.
Menurut Ketua DPD RI Irman Gusman, dalam
pertemuan itu kedua pihak berbagi pengalaman. Irman sendiri mengaku
kagum kepada Kagame, dalam mengatasi perang saudara di negerinya.
“Rwanda terkenal dengan perang saudara yang terjadi pada 1974, dan konflik bisa
terselesaikan dengan baik. Kita bisa belajar mengatasi konflik yang terjadi di
dalam negeri,” kata Irman.
Sementara itu, Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antarperlemen (BKSAP), DPD-RI, Maya Rumantir
mengungkapkan saatnya kita bangga dengan demokrasi yang tumbuh dan semakin matang di negara sendiri. “Negara
luar seperti Rwanda saja bangga dan mengapresiasi demokrasi kita yang kian
matang dan berkembang, ini tentu positif, dan sudah waktunya Indonesia menjadi
patron yang menyinari dunia,” harapnya.
Di bagian lain, Maya pun mengapresiasi Rwanda yang bisa
mengatasi konflik perang saudara di negara ujung Afrika itu. “Ini sekaligus
menjadi contoh, bagaimana perdamaian dan hidup harmonis itu begitu penting.
Indonesia menjadi model bagi mereka, meski masyarakat kita berbeda-beda, tapi
tetap satu sehingga kemajemukan kita terus terjaga dan menjadi teladan bagi
dunia dan bangsa lain,” pungkasnya. (Fajar Gloria Sinuraya/fer)
Posting Komentar