Rekonsiliasi Mahasiswa Papua dan Masyarakat Tataaran

Maya: Kita Jaga Kerukunan dan Kedamaian di Bumi Nyiur Melambai


Sebuah pertemuan, bertajuk rekonsiliasi perdamaian mahasiswa Papua dan masyarakat Tataaran dilaksanakan di halaman Universitas Manado, Tataaran, Minahasa, pekan lalu (15/1). Pertemuan tersebut dihadiri Gubernur Sulut S.H. Sarundajang, Gubernur Papua Lukas Enembe, S.IP dan Gubernur Papua Barat yang diwakili Asisten Administrasi serta Forkompimda Sulawesi Utara, Papua dan Papua Barat. Pertemuan ini juga dihadiri para Bupati dan Walikota Provinsi Papua, nampak juga hadir sebagai tuan rumah Bupati Minahasa Jantje W. Sajouw dan Raktor UNIMA Philotius Tuerah, dan para Anggota DPD RI baik dari Papua dan Sulawesi Utara, diantaranya Senator Maya Rumantir.
Pertemuan penting yang dihadiri petinggi birokrat Papua ini adalah upaya nyata pemerintah menyikapi perselisihan berlarut-larut antara mahasiswa Papua di Tataaran dengan masyarakat setempat. Perselisihan berawal pada pertengahan bulan Oktober tahun lalu (19/10), saat acara syukuran wisuda mahasiswa asal Papua UNIMA di Asrama Mahasiwa Papua di Tataaran Patar. Saat acara syukuran selesai dinihari, sejumlah mahasiswa Papua yang pulang dan terlibat cek-cok dengan warga setempat. Pemicunya karena mahasiswa tersebut dianggap menimbulkan keributan. Kedua belah pihak ditenggarai  tengah dipengaruhi minuman keras. Perkelahian pun tak terhindarkan.

Dalam bentrok tersebut kedua pihak mengalami kerugian, korban berjatuhan dari pihak mahasiswa Papua dan masyarakat Tataaran. Bahkan, dari pihak mahasiswa Papua, jatuh korban hingga meninggal dunia.  Berita pun tersebar, beberapa oknum menggunakan peristiwa tawuran  ini dengan isu SARA. Peristiwa yang sebenarnya merupakan peristiwa tawuran menjadi peristiwa dengan fakta yang kabur dan isu tidak jelas.
Gubernur Papua Lukas Enembe dalam sambutannya  memberi nasihat pada mahasiswa Papua, khususnya yang menuntut ilmu di Sulawesi Utara. Ia mengatakan  antara Papua dan Minahasa sudah terjalin hubungan erat sejak lama. Selain itu, Lukas Enembe juga mengatakan  para mahasiswa Papua menghindari mabuk-mabukan dan menghormati norma-norma dan nilai-nilai budaya serta karakter dari orang Minahasa. “Belajar dan bergaul dengan siapa saja dan ciptakan komunikasi yang baik dengan masyarakat di sini,” kata Lukas Enembe. Acara rekonsiliasi perdamaian antara mahasiswa Papua dan masyarakat Tataara  diakhiri acara adat “Bakar Batu” yang merupakan simbol perdamaian bagi orang Papua.
Senator Maya Rumantir yang  hadir dalam acara itu mengungkapkan,  perdamaian itu indah, apalagi bagaimana pun  orang Papua dan Minahasa  bersaudara, karena  sama-sama bagian dari NKRI. “Untuk itu, wajib bagi kita senatiasa menjaga perdamaian dan persatuan. Dan apa yang dijelaskan Pak gubernur Papua sangat baik  diimplemantasikan adik-adik mahasiswa Papua guna menjauhi miras dan hal negatif lainnya, lebih mengutamakan meraih ilmu dan terus belajar demi meraih masa depan. Adapun  bagi para masyarakat Minahasa kedepan jangan mudah terpancing dengan isu SARA,”  kata penerima penghargaan Wanita Peduli Lingkungan dan The Indonesian Culture Award itu.

Ditambahkannya, dengan kesepakatan perdamaian ini, dirinya  mengharapkan seluruh masyarakat Minahasa dapat menerima para mahasiswa Papua yang tengah menuntut ilmu  dengan baik, hidup  berdampingan, dan selalu menjaga kebersamaan dengan sikap saling menghormati dalam kasih Tuhan.  “Mari, kita   sama-sama jaga kerukunan dan kedamaian di bumi nyiur melambai ini, ” pungkasnya. (Fajar Gloria Sinuraya/fer)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama