Pilkada yang akan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia pada 9 Desember
2015 mendatang, menyedot banyak perhatian masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Apalagi, mereka yang akan berlaga bukan hanya para kandidat pria, tapi beberapa
diantaranya adalah wanita.
~~~~
Di Bumi Nyiur
Melambai, misalnya, berbagai nama beredar dalam bursa calon Gubernur Sulut. Mereka
beasal dari bermacam profesi seperti politisi,
birokrat, pengusaha maupun aktivis sosial. Nama-nama mentereng diantaranya,
Olly Dondokambey, Elly Lasut, Drs. Hanny Sondakh, Benny mamoto dan Maya
Rumantir. Bagaimana sebenarnya perspektif gender terutama profil pimpinan
wanita dalam masyarakat kita?
Secara nasional
terdapat sekitar 18 pemimpin perempuan,
baik gubernur, wakil gubernur, bupati dan wali kota. Pemerintahan Joko
Widodo-Jusuf Kalla pun menempatkan posisi strategis perempuan di beberapa
kementerian.
Bagi masyarakat Sulut kesetaraan gender sudah berlangsung berabad-abad lamanya. Secara umum dapat dikatakan, manusia Minahasa adalah manusia yang setara dan egaliter, termasuk kesetaraan gender dimana perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dan tidak menganut paham Patriarki. Hal ini bisa dibuktikan dimana perempuan bisa menjadi pemimpin, seperti juga diterapkan di salah satu sub etnis di Minahasa, yaitu, Tountembouan sebagian besar Walian (pemimpin upacara adat) adalah perempuan. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip setara dan egaliter itu, manusia Minahasa tumbuh dan berkembang.
Bagi masyarakat Sulut kesetaraan gender sudah berlangsung berabad-abad lamanya. Secara umum dapat dikatakan, manusia Minahasa adalah manusia yang setara dan egaliter, termasuk kesetaraan gender dimana perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dan tidak menganut paham Patriarki. Hal ini bisa dibuktikan dimana perempuan bisa menjadi pemimpin, seperti juga diterapkan di salah satu sub etnis di Minahasa, yaitu, Tountembouan sebagian besar Walian (pemimpin upacara adat) adalah perempuan. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip setara dan egaliter itu, manusia Minahasa tumbuh dan berkembang.
Demikian juga dalam
prinsip demokrasi modern, masalah gender bukanlah persoalan yang meski
diperdebatkan. Richard Supit (25 th) mahasiswa di salah satu PT Sulut,
mengungkapkan, siapa pun yang memimpin
Sulut, tidak menjadi masalah, apakah dia
perempaun atau laki-laki, yang penting berdedikasi, integritas, dan memiliki
kecakapan dan keseriusan membangun Sulut.
Hal sama dikemukakan
Maya Rumantir yang juga Senator,
masyarakat Sulut sudah cerdas,
mereka dapat memilih mana terbaik. Sehingga persoalan gender bukan lagi masalah.
Terpenting gubernur mendatang harus memiliki respek terhadap persoalan rakyat, dan
fokus bekerja menjadi pelayan rakyat.
“Yang terpenting bagi saya, kedamaian, kerukunan dan persatuan masyarakat Sulut
bisa terus terjaga dan pembangunan benar-benar bisa direalisasikan merata di bumi Nyiur Melambai
demi kesejahteraan bersama,” pungkasnya. (Fajar Gloria Sinuraya/fer)
Posting Komentar