Maya Memberi Warna Dalam Demokrasi

Tampilnya figur segar Maya Rumantir  ke gelanggang politik dan maju sebagai kandidat Gubernur Sulut, sontak menyedot perhatian publik di Bumi Nyiur Melambai. Kehadirannya pun dinilai sebagai oasis di tengah nafas demokrasi Indonesia yang banyak dipenuhi manuver politik uang atau dinasti politik kekerabatan. Hal itu dibuktikan dari hasil polling Calon Gubernur Sulut  2016-2021 dimana 55 persen responden memilih  Maya Rumantir  disusul kemudian kandidat lain Olly Dondokambey 37 persen. Dukungan bagi Maya pun tiada henti  mengalir dari arus bawah, organisasi masyarakat maupun elemen-elemen masyarakat berbasis keagamaan terutama gereja.

Dalam Pemilihan Calon Legislatif April 2014 silam, Senator Maya Rumantir pun mampu meraih suara teratas  yang membuatnya masuk ke Senayan sebagai salah satu senator Sulawesi Utara. Dengan mengusung politik bersih, Maya pun mematahkan mitos dunia politik selalu bersifat transaksional dan menyapu bersih kantong-kantong suara-suara sampai di Kabupaten Sangihe Talaud. Ini melukiskan rakyat mulai dewasa dalam menjatuhkan pilihannya.
“Jika memang rakyat yang mengamanatkan,  saya akan menjalankan program-program yang berbasis pemberdayaan serta meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga mereka semua menjadi subyek pembangunan dan kesejahterahan agar pemerataan dan pengentasan kesenjangan itu bukan mimpi tapi benar-benar dapat diwujudkan kehidupan warga Sulut,” terangnya.

Maya pun mengelak berandai-andai dengan hasil pooling yang dilakukan yang menempatkan dirinya di posisi teratas. Dia mengaku menyerahkan semuanya pada penilaian masyarakat. Karena yang terpenting masyarakat Sulut mesti bersatu padu, hidup dengan penuh kerukunan dan berkomitmen bekerja keras mengejar ketertinggalan di segala bidang, agar cita-cita masyarakat adil dan makmur itu benar-benar bisa direalisasikan. “Satu hal yang perlu digarisbawahi, kita membangun untuk masa kini, sekaligus mewarisi kehidupan dan lingkungan hidup yang baik bagi para generasi muda kita, sehingga cita-cita membangun dengan berkeadilan dan sejahtera itu tidak pernah selesai dilakukan dari generasi ke generasi berikutnya,” pungkasnya.  (Fajar Gloria Sinuraya/fer)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama