Salah satu program Nawa Cita pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla adalah revolusi mental. Merombak sikap dan perilaku, baik itu dilakukan aparatur pemerintahan yang menghambat jalannya pembangunan itu sendiri. Upaya revolusi mental itu sendiri dinilai relevan dengan situasi masyarakat yang terkesan berlomba mengagungkan materialisme dalam segala hal sehingga melupakan hal-hal fundamental seperti membangun jiwa kebangsaan yang luhur dan beretika sesuai kultur budaya yang dimiliki masyarakat Sulut.
“Karena itu, kita masyarakat Sulut menyambut baik program revolusi mental. Kita tahu ada banyak hal sikap-sikap baik masyarakat Sulut seperti budaya mapalus yang perlu diberikan penguatan dari waktu ke waktu. Tapi, kita tak menutup mata atas terjadinya pelunturan nilai-nilai sosial di masyarakat yang mesti dilakukan penataan kembali. Kita sambut hangat dan akan mendukung penuh program revolusi mental pemerintah pusat,” kata kandidat Gubernur Sulut Maya Rumantir.
Sebagaimana diketahui, revolusi mental diartikan sebagai perubahan paradigma, mind-set atau budaya politik dalam rangka pembangunan bangsa (nation building ) sesuai dengan cita-cita Proklamasi "Indonesia yang merdeka, adil, dan makmur. Sementara Nawa Cita adalah sebutan yang menunjuk pada program prioritas pemerintahan yang salah satunya (poin kedua) membuat pemerintah tidak absen membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
Dalam Nawa Cita ditekankan perlunya keteladanan pimpinan dalam hal perilaku bersih dan sederhana. Para pimpinan di unit dan atau jabatan birokrasi harus menunjukkan contoh terbuka bagi bawahannya mengenai perilaku dan bersikap sederhana juga dalam penampilan tidak menggelar pesta mewah yang membuat dia berjarak dengan rakyat kebanyakan.
Maya mengungkapkan, program Nawa Cita sesuai dengan kultur budaya masyarakat Sulut dimana aparatur mestinya bersifat melayani daripada dilayani. Disamping itu, dia mengaku ada sikap-sikap yang mesti dilakukan koreksi di masyarakat terkait dengan gaya hidup boros. Pembenahan itu bisa dilakukan melalui contoh-contoh yang dilakukan baik oleh aparatur pemerintahan dan para pemuka masyarakat.
“Sikap aparatur pemerintahan yang sederhana dan dekat dengan rakyat akan membangkitkan suasana dan harapan baru. Kita akan benahi baik sikap dalam pemerintahan maupun masyarakat. Bukan berarti dilarang pesta-pesta, tapi kita mesti berperilaku yang wajar. Kan tidak perlu setiap bulan liburan ke Bali jika habis panen. Bisa kita wisata di sekitar Sulut, atau kalau memang mau berkunjung ke saudara di Jakarta jangan terlalu sering. Ada banyak kebutuhan yang mesti dipikirkan, menjadikan anak-anak Sulut sekolah setinggi-tingginya, melakukan inovasi, menggali ilmu pengetahuan agar tercapai kehidupan lebih baik bagi diri, keluarga dan masyarakatnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Glenny Kairupan, mengatakan, sudah waktunya Sulut bangkit, dengan segala kebhinekaan dan potensi kekayaan alam yang dimiliki, menjadi modal meralisasikan Sulut maju. “Dan kami, sudah pasti berjuang ke arah sana. Karena pengabdian kami untuk rakyat. Kekuataan kami adalah rakyat. Bersama rakyatlah kami membangun Sulut menjadi daerah yang maju sejajar dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Tidak boleh berjarak. Karena, keteladanan itu penting sebagai bagian dari revolusi mental. Bahwa pemimpin itu harus tumbuh dan berkembang bersama rakyatnya,”pungkasnya. (Fajar Gloria Sinuraya/fer)
Posting Komentar