Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Apalagi, sebagian besar rakyat masih mengantungkan hidupnya dari pertanian. Menjadi petani adalah mayoritas pekerjaan masyarakat termasuk di Propinsi Sulawesi Utara.
Namun, pasang surut kondisi ekonomi nasional saat ini, berpengaruh signifikan terhadap kehidupan masyarakat petani. Kondisi serupa dirasakan Petani di Sulut, sebagaimana dikemukakan Kepala BPS Sulut Faizal Anwar, dimana Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulut pada Maret 2015, tercatat 97,49 persen. Angka ini turun 1,04 persen dari NTP Februari. NTP merupakan salah satu indikator melihat tingkat kesejahteraan petani. Dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan atau di jual petani yang diperbandingkan produk yang dibutuhkan.
Kandidat Gubernur Sulut Maya Rumantir menegaskan, kebijakan pembangunan mesti didorong memberdayakan kehidupan petani yang jadi lapis terbesar masyarakat Sulut. Produktivitas mereka pun harus ditingkatkan dengan pengenalan teknologi baru, sehingga memperoleh hasil lebih optimal. Saat ini, luas lahan pertanian yang tersedia di Sulut untuk dikembangkan seluas 164.593 ha. Sekitar 133.135 ha (80,9%) diarahkan ukomoditas tanaman tahunan, 5.091 ha (3,1%) untuk komoditas tanaman semusim, dan 26.367 ha (16,0%) untuk padi sawah.
Hal lain yang juga mesti diperhatikan, lanjut Maya, terkait dengan pemberdayaan koperasi di desa-desa Sulut yang berbasis sektor pertanian. “Sulut memiliki budaya mapalus yang kental dengan semangat gotong royong. Semangat itu mesti diadopsi menjalankan koperasi di desa-desa Sulut, sehingga menjadi lebih berkarakter, dimana koperasi bukan lagi sekedar nama, tapi jadi bagian menggerakkan perekonomian, baik memberikan modal anggota maupun memperbaiki peralatan produksi para petani. Pemerintah nanti yang menjamin dan membinanya,” imbuhnya.
Hal lain yang juga mesti diperhatikan, lanjut Maya, terkait dengan pemberdayaan koperasi di desa-desa Sulut yang berbasis sektor pertanian. “Sulut memiliki budaya mapalus yang kental dengan semangat gotong royong. Semangat itu mesti diadopsi menjalankan koperasi di desa-desa Sulut, sehingga menjadi lebih berkarakter, dimana koperasi bukan lagi sekedar nama, tapi jadi bagian menggerakkan perekonomian, baik memberikan modal anggota maupun memperbaiki peralatan produksi para petani. Pemerintah nanti yang menjamin dan membinanya,” imbuhnya.
Sementara itu, Cawagub Glenny Kairupan, menjelaskan, sampai saat ini sektor pertanian masih dominan menopang pendapatan masyarakat. Karena itu, sektor pertanian harus terus dikembangkan dengan program pemberdayaan khusus. Diantaranya ketersediaan pupuk murah dan obat-obatan pertanian terjangkau. “Selain itu, kita dapat mendatangkan para investor guna andil membangun pertanian di Sulut, seperti mendirikan pabrik pengolahan, sehingga hasil komoditas bisa dibeli industri olahan. Dengan menciptakan market yang baik akan menjadikan kehidupan petani lebih baik,” pungkasnya. (Fajar Gloria Sinuraya/fer)
Posting Komentar