Belasan lukisan milik pengusaha nasional dan pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Hj Dewi Motik Pramono, Rabu (20/12/2017) berhasil terjual. Hasil penjualan lukisan tersebut akan disumbangkan untuk sebuah panti asuhan yatim-piatu.
Dalam kesempatan penjualan lukisan untuk dana amal tersebut Maya Rumantir yang turut hadir sebagai undangan pada acara Meet & Greet Mother’s Day secara spontan menyumbangkan 2 buah lagu tempo doeloe. Harapannya semoga lewat lagu yang dilantunkannya tersebut maka para tamu yang hadir tergerak menyisihkan rejekinya untuk membeli lukisan yang dibandrol dengan harga mulai dari Rp500.000 hingga Rp1 juta.
Tak disangka, tidak sampai setengah jam, belasan lukisan indah telah terjual habis pada acara memperingati Hari Ibu yang diselenggarakan oleh komunitas Wise Women, Forum Alumni EWW, Anugerah Perempuan Indonesia, dan Women CEO di Gedung Permata Kuningan.
Sebelumnya, Maya Rumantir juga diminta panitia untuk menyampaikan pengalamannya sebagai seorang Ibu.
Maya menceritakan pengalamannya sebagai ibu dari putri tunggal satu-satunya Kristamya Kiara Oliveralda Tiurnauli Hutasoit (12 tahun).
Kiara menurut Maya sejak kecil mempunyai rayuan andalannya apabila menginginkan sesuatu. Hanya dengan mengatakan dua kata “Please Mama” maka hati Maya pasti langsung luluh seketika.
“Kalau Kiara sudah bilang please...please...maka saya tidak tega deh,” ungkap Maya saat menceritakan masa kecil Kiara yang memohon untuk membuka celengan tabungan uang jajannya di rumah.
Akhirnya Kiara yang pada waktu itu masih duduk di bangku SD membuka tabungannya tanpa sepengetahuan Maya.
“Saya tidak tahu. Karena dia masih kecil maka diambilnya uang tabungannya itu dan dimasukkan ke dalam amplop. Mungkin bukan tentang jumlah nominalnya ya. Nah saat saya datang ambil rapot, gurunya cerita kepada saya sambil nangis hingga mengeluarkan air mata.”
Ibu Guru tersebut mengatakan kepada Maya bahwa pernah mendapatkan uang dan juga surat dari Kiara. Ibu Guru rupanya ingin mengkonfirmasi apakah Maya tahu atau tidak tentang hal itu.
Ternyata Kiara telah memberikan uang Rp20.000 dari uang tabungannya dengan disertai selembar surat yang sangat mengharukan bagi Bu Yuli, guru kelas Kiara di SD.
Dalam suart itu Kiara menuliskan bahwa Kiara tidak bisa kasih apa-apa untuk Ibu Yuli , tapi ini buat bantu-bantu beli obat. Mudah-mudahan bisa membantu sehingga suami Ibu Yuli cepat sembuh. Salam... Love, Kiara.
Ibu Yuli menjelaskan kepada Maya waktu itu bahwa bukan hanya dirinya, ternyata teman-temannya di kelas selalu dikasih surat oleh Kiara dan selalu ada gambar hati.
Sesampainya di rumah Maya bertanya kepada Kiara mengapa tidak memberitahu Mama. Kiara menjawabnya dengan polos. Menurut Kiara, Mamanya juga kalau kasih orang-orang tidak bilang-bilang. Katanya, tidak boleh bilang-bilang kalau kasih kado orang-orang.
Maya sungguh bersyukur, bahwa buah hatinya tersebut memberi apa adanya dalam kesederhanaan, bukan dalam kemewahan.
“Saya juga bersyukur mempunyai ibu pendoa. Ibu selalu mendoakan kami, ke-8 anak-anaknya Ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa, tapi semua anak-anaknya berhasil dalam pendidikan meraih gelar sarjana,” katanya.
Sebagai seorang Ibu, Maya mengaku harus memutuskan pilihan demi tumbuh kembang buah hatinya. Wanita yang kini berusia 53 tahun ini bersyukur karena mendapat teladan dari Ibunya. Saat Maya mengandung, dia harus mengambil keputusan, harus pilih mana. Berhenti sejenak dari berbagai kesibukan yang padat (antara lain menggawangi program TVRI Putra Prestasi Pandu Pertiwi yang sangat populer pada waktu itu). Ini terjadi saat Maya mengalami pendarahan untuk yang ke-3 kalinya. Karena pernikahan atau berumah tangga bagi Maya merupakan panggilan, maka Maya memilih untuk lebih fokus memperhatikan kesehatan kandungannya.
Putra Prestasi Pandu Pertiwi adalah sebuah acara yang kerap membicarakan Pancasila, merah putih, dan makna Bhineka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Setelah Kiara tumbuh besar, Maya kembali berkarya lagi bagi bangsa dan negara. Maya sempat menjadi Senator RI utusan Sulawesi Utara dengan suara terbanyak. Saat Maya Rumantir mencalonkan diri sebagai gubernur di Sulut, Maya mengundurkan diri sebagai senator karena menurutnya setiap upaya atau niat yang baik memerlukan totalitas baik berupa pikiran, waktu, dan tenaga.
Di akhir pembicaraannya, Maya berpesan semoga kita semua terutama kaum ibu gembira saja terus. Apa pun persoalan hidup sehari-hari jangan dibawa pikiran terlalu banyak. Artinya dalam hidup di dunia ini tidak ada yang tidak punya problem. Tapi yang penting sekarang, hati yang gembira adalah obat yang manjur.
Posting Komentar