Jarang yang tahu keseharian Maya Rumantir. Bila mengikuti kesehariannya, maka siapa pun akan cepat menyimpulkan bahwa Maya Rumantir adalah sosok sederhana dalam kesehariannya. Nama besar yang disandangnya sejak remaja hingga saat ini tidak pernah merubah pribadi Maya, perempuan berlesung pipit itu sama seperti perempuan pada umumnya. Maya selalu berusaha bangun paling pagi agar dapat berdoa pagi dan segera mengurus keperluan sekolah anaknya serta memastikan bahwa suaminya pergi ke kantor dalam keadaan perut yang sudah terisi sarapan.
Apa makanan favorit Maya? Semua menu makanan, Maya dapat menikmatinya tanpa pilih-pilih. Maya tidak sulit dalam hal makan. Sepiring nasi putih dengan lauk telur mata sapi plus kecap sudah cukup apabila di rumah belum sempat berbelanja. Sepiring nasi goreng dengan sambal ikan roa (sambal khas Manado) juga boleh.
Kesederhanaannya itu juga ditularkan kepada Kiara, buah cintanya bersama suami tercinta Takala Hutasoit. Sederhana bukan berarti pelit, sederhana adalah menikmati karunia hidup apa adanya dengan tidak berlebihan. Seperti saat Kiara lapar setelah menemani Maya menghadiri sebuah acara, Kiara ingin makan soto Betawi. Maya pun pencinta kuliner soto Betawi. Maya gemar makan soto Betawi dengan campuran daging yang meriah alias komplit, campuran daging ditambah paru, kikil, dan babat. Lain dengan Kiara, putri cantik Maya itu tidak pernah menyukai paru, kikil, apalagi babat.
Maya mengatakan kepada Kiara, sebaiknya beli satu mangkuk saja dengan campuran daging plus paru, kikil serta babat. Sebab apabila beli dua mangkuk (Kiara soto daging dan Maya soto campur) maka nanti akan mubazir alias terbuang percuma mengingat satu porsi soto Betawi di rumah makan tersebut sangat banyak untuk ukuran perut keduanya. Kiara tidak akan sanggup menghabiskan satu porsi soto tersebut. Membuang-buang makanan bagi Maya tidak baik mengingat makanan yang tersaji di atas meja adalah rejeki dari Tuhan. Kiara menyetujuinya dan keduanya pun makan dengan lahap ditemani nasi putih hangat.
Di usianya yang sudah lebih setengah abad, Maya sebenarnya mulai membatasi makanan seperti kikil, jeroan, dan babat. Intinya boleh makan makanan seperti itu, tetapi dengan jumlah secukupnya saja. Itulah sebabnya Maya memilih makan soto tersebut berdua dengan anaknya.
Maya tidak hanya sosok perempuan sederhana, perempuan kelahiran Makasar 53 tahun yang lalu ini juga sangat menyayangi Ibunya Brigitta Els Rumantir (89). Bagi Maya, Ibundanya adalah segalanya. sebab tanpa doa dan restu ibu maka Maya merasa tidak bisa menjadi seperti sekarang ini. Ia ingin selalu bersama Ibunya tersebut. Sejak kecil hingga di usianya yang sudah lebih dari kepala lima ini, Maya masih senang menciumi pipi dan kening Ibunya. Ciuman inilah yang membuat Ibunya selalu merindukan kehadiran Maya.
Apabila Maya keluar rumah beberapa saat lamanya saja maka Ibunya sudah kangen luar biasa, mencari-cari Maya. Maya pun tidak akan sampai hati membiarkan Ibunya yang selalu penuh rindu. Maya pasti cepat pulang apabila urusan pekerjaan maupun kegiatan pelayanannya sudah selesai agar bisa merawat Ibunya. Dalam urusan menjaga dan merawat Ibunya yang sudah sepuh itu, Maya melakukan dengan tangannya sendiri. Maya selalu memperhatikan menu makanan yang sehat bagi orang tuanya itu. Ketelatenan dan ketulusan hati Maya mengurus orang tuanya itu berbuah manis, Oma Brigitta Els Rumantir nampak senantiasa sehat dan bahagia di hari tuanya.
Maya merasa beruntung mempunyi sosok ibu teladan seperti Ibu Brigitta Els Rumantir. Begitu pula sebaliknya, Ibu Briggitta Els Rumantir juga sangat bersyukur kepada Tuhan sebab memiliki anak sebaik Maya, seorang anak yang penuh bakti kepada orang tuanya.
Jelaslah, siapa pun kita, harus berusaha berjuang menjadi sosok Ibu yang kelak dapat menjadi contoh atau panutan yang baik bagi anak-anaknya.
Untuk merayakan hari Ibu yang jatuh bertepatan dengan hari libur 22 Desember 2017, Maya mengajak Ibunda terkasih jalan-jalan dan makan-makan di rumah makan yang lokasinya tidak jauh dari rumah kediaman keluarganya. “Selamat Hari Ibu untuk Semua Perempuan Hebat di Seluruh Indonesia.” (ta)
Posting Komentar